Jumat, 28 Maret 2014

makalah tentang gas mulia


 asalamualaikum selamat malam blogger nih gua punya paper tentang gas mulia semoga bermanfaat buat kalian semua

GAS MULIA

I.       Pendahuluan
Gas mulia adalah unsur-unsur golongan VIIIA dalam tabel periodik. Disebut mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil (sangat sukar bereaksi). Tidak ditemukan satupun senyawa alami dari gas mulia. Menurut Lewis, kestabilan gas mulia tersebut disebabkan konfigurasi elektronnya yang terisi penuh, yaitu konfigurasi oktet (duplet untuk Helium). Kestabilan gas mulia dicerminkan oleh energi ionisasinya yang sangat besar, dan afinitas elektronnya yang sangat rendah (bertanda positif). Para ahli zaman dahulu yakin bahwa unsur-unsur gas mulia benar-benar inert. Pendapat ini dipatahkan, setelah pada tahun 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia dari Kanada berhasil membuat senyawa xenon, yaitu XePtF6. Sejak itu, berbagai senyawa gas mulia berhasil dibuat. Gas mulia adalah gas yang mempunyai sifat lengai, tidak reaktif, dan susah bereaksi dengan bahan kimia lain. Gas mulia banyak digunakan dalam sektor . unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne), Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon (Xe), dan Radon (Rn).

II.    Sejarah
Sejarah gas mulia berawal dari penemuan Cavendish pada tahun 1785. Cavendish menemukan sebagian kecil bagian udara (kurang dari 1/2000 bagian) sama sekali tidak bereaksi walaupun sudah melibatkan gas-gas atmosfer.
Lalu pada tahun 1894, Lord Raleigh dan Sir William Ramsay berhasil memisahkan salah satu unsur gas di atmosfer (yang sekarang di kenal sebagai gas mulia) berdasarkan data spektrum. Lalu ia mencoba mereaksikan zat tersebut tetapi tidak berhasil dan akhirnya zat tersebut diberi nama argon.
Dan pada tahun1895 Ramsay berhasil mengisolasi Helium, hal ini berawal dari penemuan Janssen pada tahun 1868 saat gerhana matahari total. Janssen menemukan spektrum Helium dari sinar matahari berupa garis kuning. Nama Helium sendiri merupakan saran dari Lockyer dan Frankland.
Lalu pada tahun 1898 Ramsay dan Travers memperoleh zat baru yaitu Kripton, Xenon serta Neon. Kripton dan Xenon ditemukan dalam residu yang tersisa setelah udara cair hampir menguap semua. Sementara itu Neon ditemukan dengan cara mencairkan udara dan melakukan pemisahan dari gas lain dengan penyulingan bertingkat.
Pada tahun 1900 Radon ditemukan oleh Friedrich Ernst Dorn, yang menyebutnya sebagai pancaran radium. Pada tahun William Ramsay dan Robert Whytlaw-Gray menyebutnya sebagai niton serta menentukan kerapatannya sehingga mereka menemukan Radon adalah zat yang paling berat di masanya (sampai sekarang). Nama Radon sendiri baru dikenal pada tahun 1923.
Pembuatan unsur gas mulia sendiri baru ditemukan pada tahun 1962. Pembuatan unsur tersebut diawali oleh seorang ahli kimia yang berasal dari Kanada yaitu Neil Bartlett. Neil Bartlett berhasil membuat senyawa xenon yaitu XePtF6, sejak saat itu barulah ditemukan berbagai gas mulia lain yang berhasil di buat. Dan akhirnya istilah untuk menyebut zat-zat telah berganti. Yang awalnya disebut gas inert (lembam) telah berganti menjadi gas mulia yang berarti stabil atau sukar bereaksi.
Asal usul nama unsur gas mulia:
·         Helium → Helios (Yunani) : matahari
·         Argon → Argos (Yunani) : malas
·         Neon → Neos (Yunani) : baru
·         Kripton → Kriptos (Yunani) : tersembunyi
·         Xenon → Xenos (Yunani) : asing
·         Radon → Radium

III.       Sifat-sifat Gas Mulia
            Unsur-unsur gas mulia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Gas mulia adalah satu-satunya kelompok gas yang partikel-partikelnya berwujud atom tunggal (monoatomik).
Argon, kripton dan xenon sedikit larut dalam air, sebab atom-atom gas mulia ini dapat terperangkap dalam rongga-rongga kisi molekul air. Struktur semacam ini disebut klatrat.

Berikut merupakan beberapa ciri fisis dari gas mulia.

Helium
Neon
Argon
Kripton
Xenon
Radon
Nomor atom
2
10
18
32
54
86
Elektron valensi
2
8
8
8
8
8
Jari-jari atom(Ǻ)
0,50
0,65
0,95
1,10
1,30
1,45
Massa atom (gram/mol)
4,0026
20,1797
39,348
83,8
131,29
222
Massa jenis (kg/m3)
0.1785
0,9
1,784
3,75
5,9
9,73
Titik didih (0C)
-268,8
-245,8
-185,7
-153
-108
-62
Titikleleh (0C)
-272,2
-248,4
189,1
-157
-112
-71
Bilangan oksidasi
0
0
0
0;2
0;2;4;6
0;4
Keelekronegatifan
-
-
-
3,1
2,4
2,1
Entalpi peleburan (kJ/mol)
*
0,332
1,19
1,64
2,30
2,89
Entalpi penguapan (kJ/mol)
0,0845
1,73
6,45
9,03
12,64
16,4
Afinitas elektron (kJ/mol)
21
29
35
39
41
41
Energi ionisasi (kJ/mol)
2640
2080
1520
1350
1170
1040

*= Helium dipadatkan dengan cara menaikkan tekanan bukan menurunkan suhu.

Adapula hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi elektronnya. Berikut adalah konfigurasi elektron gas mulia:
He = 1s2
Ne = 1s2 2s2 2p6
Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Kr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
Xe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
Rn = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6



Karena konfigurasi elektronnya yang stabil, gas mulia juga biasa digunakan untuk penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain.
contoh :
Br = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5
menjadi
Br = [Ar] 4s2 3d10 4p5
Sifat-sifat umum gas mulia antara lain :
  1. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan sedikit larut dalam air.
  2. Mempunyai electron valensi 8 dan khusus untuk Helium mempunyai elekron valensi 2.
  3. Terdiri atas satu atom (monoatomik).
  4. Kulit terluarnya sudah penuh maka gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif. Jadi, afinitas elektronnya mendekati nol.

A.    Sifat fisika gas mulia
Selain memiliki karakteristik yang khas pada sifat atomic gas mulia juga memiliki karakteristik yang khas untuk sifat fisisnya.
  1. Kerapatannya bertambah dari Helium ke Radon
Nilai kerapatan gas mulia dipengaruhi oleh massa atom, jari-jari atom dan gaya London. Nilai kerapatan semakin besar dengan besar dengan pertambahan massa atom dan kekuatan gaya London, sebaliknya semakin kecil dengan pertambahan jari-jari atomnya, karena nilai kerapatan gas mulia bertambah dari He ke Rn maka kenaikan nilai massa atom dan kekuatan gaya London dari He ke Rn lebih dominan dibandingkan kenaikan jari-jari atom.
2.      Titik didih dan titik leleh bertambah dari He ke Rn
Hal ini dikarenakan kekuatan gaya London bertambah dari He ke Rn sehingga atom-atom gas mulia semakin sulit lepas. Dibutuhkan energI dalam hal ini suhu yang semakin besar untuk mengatasi gaya London yang semakin kuat.
Titik didih dan titik leleh gas mulia makin tinggi dengan makin besarnya nomor atom. Titik didihnya beberapa derajat dibawah titik lelehnya. Titik didih dan titik leleh gas mulia sangat rendah hal tersebut menunjukkan bahwa gaya tarik menarik anatar atom (ikatan van der waals) sangat lemah. Helium merupakan zat yang titik didihnya paling rendah dibandingkan dengan semula zat di alam semesta. Titik leleh Helium (-272°C) mendekati suhu mutlak. Gas mulia memiliki titik didih dan titik leleh yang sangat rendah oleh karena itu di alam gas mulia berwujud gas.
Kestabilannya yang tinggi juga menyebabkan gaya tarik-menarik antar atom-atomnya lemah sekali. Karenanya unsure-unsur gas mulia dalam keadaan biasa (suhu normal) berfasa gas. Jadi, lemahnya gaya tarik-menarik menyebabkan titik didih dan titik lelehnya sangat rendah.
3.      Energi ionisasi.
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk membebaskan elektron suatu atom. Untuk unsur segolongan (atas-bawah), semakin ke bawah semakin kecil potensial ionisasinya sedangkan untuk unsure seperiode (kiri-kanan), semakin ke kanan semakin besar potensial ionisasinya.
Begitu juga dengan unsur-unsur golongan gas mulia dari atas ke bawah cenderung lebih kecil. Hal ini dikarenakan meskipun muatan inti bertambah positif namun jari-jari atom bertambah besar. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik menarik inti terhadap elektron terluar semakin lemah sehingga energi ionisasi semakin berkurang. Energi ionisasi gas mulia lebih besar dibandingkan dengan golongan lainnya.
Kestabilannya yang tinggi menyebabkan atom-atomnya sukar sekali untuk mengion. Oleh sebab itu, energi ionisasi unsur-unsur gas mulia lebih tinggi dibandingkan dengan unsure-unsur lain. Afinitas electron yang mendekati nol dan energy ionisasi yang tinggi menyebabkan atom-atom unsur gas mulia mempunyai kecendrungan untuk tidak mengikat atau melepas elektron dalam keadaan normal. Sehingga dalam keadaan bebas unsur-unsur gas mulia berada dalam bentuk tunggal (monoatomik). Misalnya hidrogen, oksigen, klor dalam keadaan bebas berbentuk diatomik (molekul yang terdiri dari dua atom dari unsure yang sama), yaitu H2, O2, Cl2 sedangkan unsur-unsur gas mulia berada dalam bentuk He, Ne, Ar, Kr, Xe dan radon.



4.      Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah energi yang dibebaskan atom netral dalam pengikatan electron untuk membentuk ion negatif. Dengan elektron valensi yang sudah penuh, unsur gas mulia sangat sukar untuk menerima elektron.
Hal ini dapat dilihat dari harga afinitas elektron yang rendah. Karena unsur- unsur gas mulia memiliki kestabilan tinggi yang disebabkan kulit terluarnya terisi penuh, maka afinitas elektronnya mendekati nol. Atom-atom unsur gas mulia sangat sulit untuk menerima elektron lagi pada kulit terluarnya.

B.     Sifat kimia gas mulia
  1. Kereaktifan gas mulia sangat rendah
Gas mulia bersifat inert (lembam) di alam tidak ditemukan satupun senyawa dari gas mulia. Sifat inert yang dimiliki ini berhubungan dengan konfigurasi elektron yang dimilikinya. Elektron valensi gas mulia adalah 8 (kecuali 2 untuk Helium) dan merupakan konfigurasi yang paling stabil. Gas mulia memiliki energi pengionan yang besar dan afinitas yang kecil. Energi pengionan yang besar memperlihatkan sukarnya unsur-unsur gas mulia melepaskan elektron sedangkan afinitas elektron yang rendah menunjukkan kecilnya kecendrungan untuk menyerap elektron.
Oleh karena itu, gas mulia tidak memiliki kecendrungan untuk melepas ataupun menyerap elektron. Jadi, unsur-unsur dalam gas mulia sukar untuk bereaksi. Namun, untuk unsur gas mulia yang mempunyai energi ionisasi yang kecil dan afinitas elektron yang besar mempunyai kecenderungan untuk membentuk ikatan kimia contohnya Xe dapat membentuk senyawa XeF2, XeF4 dan XeF6.
Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya. Jadi, kereaktifan gas mulia akan bertambah dari He ke Rn. Hal ini disebabkan pertambahan jari-jari atom menyebabkan daya tarik inti terhadap elektron kulit terluar berkurang, sehingga semakin mudah ditarik oleh atom lain. Walaupun, demikian unsur gas mulia hanya dapat berikatan dengan unsur yang sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.

Sifat kereaktifan unsur-unsur gas mulia berturut-turut Ne > He > Ar > Kr > Xe. Radon radioaktif. Konfigurasi elektron gas mulia dijadikan sebagai acuan bagi unsur-unsur lain dalam sistem periodik.

IV. Keberadaan di Alam
Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik. Unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit kandungannya di bumi. Dalam udara kering maka akan ditemukan kandungan gas mulia sebagai berikut :
Helium = 0,00052 %
Neon = 0,00182 %
Argon = 0,934 %
Kripton = 0,00011 %
Xenon = 0,000008
Radon = Radioaktif*
Tapi di alam semesta kandungan Helium paling banyak diantara gas mulia yang lain karena Helium meupakan bahan bakar dari matahari. Radon amat sedikit jumlahnya di atmosfer atau udara. Dan sekalipun ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur lain, karena radon bersifat radioaktif. Dan karena jumlahnya yang sangat sedikit pula radon disebut juga sebagi gas jarang.
Semua unsur gas mulia terdapat di udara. Unsur gas mulia yang paling banyak terdapat di udara adalah argon, sedangkan unsur gas mulia yang paling sedikit adalah radon yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh yang pendek (4 hari) dan meluruh menjadi unsur lain. Gas mulia kecuali radon diperoleh dengan cara destilasi bertingkat udara cair. Sedangkan radon hanya dapat diperoleh dari peluruhan radioaktif unsur radium, berdasarkan reaksi inti berikut :
22688Ra  →  22286Rn + 42He
Helium merupakan komponen (unsur) terbanyak di alam semesta yang diproses dari gas alam, karena banyak gas alam yang mengandung helium. Secara spektoskopik helium telah terdeteksi keberadaanya di bintang-bintang, terutama di bintang yang panas (seperti matahari). Helium juga merupakan komponen penting dalam reaksi proton-proton dan siklus karbon yang merupakan bahan bakar matahari dan bintang lainnya.   

V.     Pembentukan Senyawa Gas Mulia
Beberapa cara pembentukan senyawa gas mulia sebagai berikut:
1.      Melalui keadaan tereksitasi → pembentukan senyawaan helium
Senyawaan dari Helium dikenal dengan nama senyawa helida. Senyawa ini terbentuk dengan penyerapan sejumlah energi sehingga dapat mengalami eksitasi dari keadaan dasar (ground state). Helium dalam keadaan ini akan memiliki konfigurasi elektron 1s1 2s1. Keadaan ini hanya akan teramati secara spektroskopi dalam tabung lucutan listrik pada tekanan yang rendah dengan adanya mercury, tungsten, dan lain-lain untuk membentuk senyawa HgHe2, HgHe10, WHe2. Sebagai tambahan, elektroda logam dari tabung terrsebut juga dapat membentuk suatu senyawa dengan Helium yaitu BiHe2, FeHe, Pt3He, PdHe. Dalam persenyawaan tersebut, helium hanya dapat diadsorbsi dipermukaan logam saja sehingga dapat dikatakan bahwa senyawaan tersebut adalah bukanlah senyawa yang sebenarnya. 
2.      Melalui ikatan koordinasi → pembentukan senyawaan argon
Gas mulia memiliki beberapa pasang elektron sunyi, helium memiliki satu pasang dan gas mulia lainnya masing-masing memiliki empat pasang. Oleh karena itu, gas mulia memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai atom donor. Analisa termal untuk argon dan boron trifluorida dapat menunjukkan bahwa argon dapat membentuk ikatan koordinasi dengan BF3.
3.      Melalui interaksi dwi-kutub atau dwi-kutub terinduksi → pembentukan hidrat
Apabila gas mulia bercampur dengan senyawa polar yang memiliki momen dwikutub yang besar, maka gas itu dapat mengalami polarisasi sehingga akan terbentuk dwikutub terinduksi dalam atom gas mulia. Hal ini terbukti dari besarnya kelarutan gas mulia dalam air yang bertambah sesuai dengan kenaikan berat atom. Dengan cara ini telah dikenal beberapa senyawa yang berasal dari gas mulia dengan fenol, seperti Kr(C6H5OH)2, Xe(C6H5OH)2, dan Rn(C6H5OH)2. 


4.      Pembentukan senyawa klatrat
Senyawa ini merupakan senyawa yang terbentuk karena terperangkapnya suatu atom atau molekul kecil dalam ruang kosong dalam suatu kisi kristal senyawa lain. Apabila senyawa kuinol (1,4 dihidroksi benzena) bercampur dengan gas mulia dikristalkan pada tekanan 10-40 atmosfer, maka gas mulia itu akan terperangkap dalam ruang kosong berdiameter 4 Ã… dalam kisi kristal beta kuinol. Apabila kristal ini dilarutkan, maka ikatan hidrogen yang ada akan rusak dan gas mulia yang terperangkap itu akan lepas. Untuk gas mulia seperti Ar, Kr, dan Xe dapat membentuk senyawa klatrat dalam es (air padat), dan sering disebut gas mulia terhidrat, yang memiliki perbandingan H2O : gas mulia = 6 : 1.



VI. Senyawa-Senyawa Gas Mulia
Gas Mulia adalah gas yang sudah memiliki 8 elektron valensi dan memiliki kestabilan yang tinggi. Tetapi gas mulia pun masih dapat bereaksi dengan atom lain. Karena sebenarnya tidak semua sub kulit pada gas mulia terisi penuh.
Contoh:
Ar : [Ne] 3s2 3p6
Sebenarnya atom Ar masih memiliki 1 sub kulit yang masih kosong yaitu sub kulit d, jadi masih bisa diisi oleh atom-atom lain.
Ar : [Ne] 3s2 3p6 3d0
Sampai dengan tahun 1962, para ahli masih yakin bahwa unsur-unsur gas mulia tidak bereaksi. Kemudian seorang ahli kimia kanada bernama Neil Bartlet berhasil membuat persenyawaan yang stabil antara unsur gas mulia dan unsur lain, yaitu XePtF6.
Keberhasilan ini didasarkan pada reaksi:
PtF6 + O2[O2]+[PtF6]-
PtF6 ini bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi 1165 kJ/mol. Harga energi ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia Xe= 1170 kJ/mol. Atas dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlet mencoba mereaksikan Xe dengan PtF6 dan ternyata menghasilkan senyawa yang stabil XePtF6 yang berwarna kuning sesuai dengan persamaan reaksi:
Xe + PtF6 → Xe+(PtF6)-
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan bahwa gas mulia tidak dapat bereaksi. Kemudian para ahli lainnya mencoba melakukan penelitian dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat, diantaranya langsung dengan gas flourin dan menghasilkan senyawa XeF2, XeF4, dan XeF6.
Di antara semua unsur gas mulia, baru kripton dan xenon yang dapat dibuat senyawanya. Mengapa kedua gas mulia ini dapat membentuk senyawa?
Hal ini berkaitan dengan jari-jari atom gas mulia. Pada tabel periodik, jari-jari atom gas mulia makin ke bawah makin besar. Akibatnya, gaya tarik inti terhadap elektron valensi makin berkurang sehingga atom-atom gas mulia seperti xenon dan kripton lebih reaktif dibandingkan gas mulia yang lain. Radon dengan jari-jari paling besar juga dapat bereaksi dengan oksigen atau fluor, tetapi karena radon merupakan unsur radioaktif menjadikan senyawa yang terbentuk sukar dipelajari.
Jika senyawa-senyawa fluorida dari xenon direaksikan dengan air akan terbentuk senyawa xenon yang lain. Persamaan kimianya:
2XeF2 + 2H2O →2Xe + O2 + 4HF
6XeF4 + 12H2O → 2XeO3 + 4Xe + 3O2 + 24HF
XeF6 + H2O → XeOF4 + 2HF
Xenon trioksida, XeO3 merupakan oksida xenon yang paling utama. XeO3 memiliki bentuk padat berwarna putih dan bersifat eksplosif. Akan tetapi, jika dilarutkan dalam air, sifat eksplosif XeO3 akan hilang sebab terbentuk senyawa asam xenat, H2XeO4, yang bersifat oksidator kuat. Xenon trioksida dapat juga bereaksi dengan suatu basa, seperti NaOH membentuk garam xenat dan garam perxenat. Persamaan kimianya:
XeO3 + NaOH → NaHXeO4 (natrium xenat)
4NaHXeO4 + 8NaOH → 3Na4XeO6 + Xe + 6H2O (natrium perxenat)










Beberapa senyawaan Xenon
Tingkat Oksidasi
Senyawaan
Bentuk
Titik Didih (˚C)
Struktur
Tanda-tanda
II


IV
XeF2


XeF4
Kristal tak berwarna

Kristal tak berwarna
129


117
Linear


Segi-4
Terhidrolisis menjadi Xe + O2; sangat larut dalam HF
Stabil
VI
XeF6

Cs2XeF8
XeOF4
XeO3
Kristal tak berwarna
Padatan kuning
Cairan tak berwarna
Kristal tak berwarna
49,6



-46
Oktahedral terdistorsi
Archim. Antiprisma
Piramid segi-4
Piramidal
Stabil

Stabil pada 400˚

Stabil
Mudah meledak, higroskopik; stabil dalam larutan
VIII
XeO4


XeO6 4-
Gas tak berwarna

Garam tak berwarna

Tetrahedral


Oktahedral
Mudah meledak


Anion- anion HXeO63-, H2XeO62-, H3XeO6- ada juga









1.      Bilangan Oksidasi +2
Kripton dan xenon dapat membentuk KrF2 dan XeF2 jika kedua unsur ini diradiasi dengan uap raksa dalam fluor. Xe(II) dapat bereaksi selanjutnya menjadi XeF4 jika suhu dinaikkan. XeF2 dapat terbentuk jika xenon padat direaksikan dengan difluoroksida pada -120°C.
Xe(s) + F2O2(g)­ → XeF2(s) + O2(g)
XeF2  dan KrF2 berbentuk molekul linear dengan hibridasi sp3d.

2.      Bilangan Oksidasi +4
Terdapat senyawa KrF4 tetapi senyawa ini tidak stabil dibandingkan dengan XeF4. Xenon(IV) fluorida dapat dibuat dengan memanaskan campuran xenon dan fluor 1:5 pada tekanan 6 atm, dengan nikel sebagai katalis pada suhu 400°C
Ni(s)
6 atm
 
Xe(g) + 2F2(g)                   XeF4(g)

XeF4 mempunyai struktur bujur sangkar dengan hibridasi d2sp3.



3.      Bilangan Oksidasi +6
Ditemukan hanya xenon yang dapat membentuk XeF6. Senyawa ini dibuat dengan memanaskan campuran kedua unsur ini 1:20 pada 300°C dan tekanan 50 atm.
50 atm
Xe(g) + 3F2(g)                   XeF6(g)
Xenon(VI) fluorida mempunyai bentuk oktahedral (distorted). Pada suhu kamar berbentuk kristal berwarna dan titik leleh 48°C.
Senyawa ini bereaksi dengan silika membentuk senyawa oksi gas mulia yang paling stabil.
SiO2(s) + 2XeF6(g) → SiF4(g) + 2XeOF4(l)
Pada suhu kamar XeOF4 berbentuk cairan tak berwarna. XeF6 dapat mengalami hidrolisis membentuk xenon(VI) oksida.
XeF6(s) + 3H2O(l) → XeO3(aq) + 6HF(aq)
Struktur XeOF4 dan XeO3 sebagai berikut.
XeOF4
XeO3


4.      Bilangan Oksidasi +8
Xe(VI) dapat dioksidasi menjadi Xe(VIII) oleh ozon dalam larutan basa. Xe(VIII) hanya stabil dalam larutan.
XeO3(aq) + O3(g) + 3H2O(l) → H3XeO6-(aq) + H3O+(aq) + O2(g)
H3XeO6-(aq) → HXeO4-(aq) + H2O(l) + 1/2O2(g)
Xenon difluorida merupakan pereaksi yang baik untuk fluorinasi hidrokarbon aromatic
XeF2 + C6H6 → C6H5F + Xe + HF
Selain senyawa xenon, telah berhasil dibuat krypton fluorida, KrF2 dan radon fluorida, RnF2. Belum diketahui adanya senyawa helium, neon, atau argon.
Ikatan kimia senyawa gas mulia ini dapat dijelaskan dengan konsep hibridisasi misalnya:
XeF2 hibridisasi sp3d (struktur : linier)
XeF4 hibridisasi sp3d2 (struktur : segi empat datar)
XeF6  hibridisasi sp3d3 (struktur : oktahedron)
XeOF2  hibridisasi sp3d (struktur : bentuk T)
XeOF4 hibridisasi sp3 (struktur : piramid trigonal)
XeO3 hibridisasi sp3 (struktur : piramid trigonal)
XeO4hibridisasi sp3(struktur : tetrahedron)
Suatu ikatan kovalen oleh sebuah gas mulia akan memerlukan promosi electron-elektron p2 ke orbital d yang kosong. Oleh karena itu, stabilitas senyawa itu akan meningkat karena selisih tenaga antara orbital d dan p menurun.

VII.    Ikatan dalam Senyawa-senyawa Gas Mulia
Suatu ikatan kovalen oleh sebuah gas mulia akan memerlukan promosi elektron-elektron p2 ke orbital d yang kosong. Oleh karena itu, stabilitas senyawa itu akan meningkat karena selisih tenaga antara orbital d dan p menurun.
Bentuk-Bentuk Molekul
Teori VSEPR (teori tolakan pasangan elektron) memadai untuk meramalkan bentuk-bentuk senyawa-senyawa gas mulia). Perhatikan senyawa xenon difluorida!
Struktur Lewis XeF2 seperti gambar sebelah kiri, dua elektron Xe masing-masing dipakai untuk berikatan secara kovalen dengan 2 atom F sehingga meninggalkan 3 pasangan elektron bebas pada atom pusat Xe.
Lihat gambar disamping. XeF2 memiliki 2 pasangan elektron terikat (PET) dan 3 pasangan elektron bebas (PEB) jadi total ada 5 pasangan elektron yang terdapat pada XeF2, hal ini menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF2 adalah trigonal bipiramid. Karena terdapat 3 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati posisi ekuatorial pada kerangka trigonal bipiramid, sedangkan PET akan menempati posisi aksial yaitu pada bagian atas dan bawah.
Posisi inilah posisi yang stabil apabila terdapat atom dengan 2 PET dan 3 PEB sehingga menghasilkan bentuk molekul linear. Jadi bentul molekul XeF2 adalah linier (lihat gambar disamping).


Pada molekul XeF4, 4 elektron Xe dipakai untuk berikatan dengan 4 elektron dari 4 atom F, sehingga meninggalkan 2 pasangan elektron bebas pada atom pusat Xe.
Pada gambar disamping, strutur lewis XeF4 memiliki 4 pasangan elekktron terikat (PET) dan 2 pasangan elektron bebas (PEB) jadi total ada 6 pasangan elektron yang terdapat pada XeF4, hal ini menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF4 adalah oktahedral. Karena terdapat 2 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati posisi aksial pada kerangka oktahedral, sedangkan PET akan menempati posisi ekuatorial. Posisi inilah posisi yang stabil apabila terdapat atom dengan 4 PET dan 2 PEB sehingga menghasilkan bentuk molekul yang disebut segiempat planar. Jadi bentul molekul XeF4 adalah segiempat planar. Bentuk molekul akan sama dengan susunan ruang elektron yang ada pada atom pusat jika tidak ada pasangan elektron bebas.
Bentuk XeF6 tidak dapat diperoleh dengan teori VSEPR. Molekul itu oktahedral dengan suatu permukaan triangular yang terdistorsi untuk memberikan (mengakomodasikan) LP di pusatnya. Perlu diperhatikan bahwa XeF2, XeF4, XeF6 adalah isoelektronik dengan  , , , dan memiliki bentuk yang sama.
Serupa itu pula, XeO3 adalah isoelektronik dengan   dan berbentuk piramid dengan sudut Xe = 103º disebabkan karena adanya sebuah LP.  XeO4 adalah tetrahedral, tetapi XeO6 dengan 16 elektron kulit valensi, hampir oktahedral dengan O-Xe-O = 90 ± 1o untuk garam kaliumnya. Sudut ikatan Xe-O (186 pm) lebih panjang daripada dalam  (Gambar 7).





Struktur Xenon Oksida, XeO3, XeO4, dan ion perxenat
Ini disebabkan karena lebih banyaknya bentuk kanionik dengan sudut ikatan-ikatan tunggal Xe-O untuk  daripada untuk XeO3. Ikatan phi (Ï€) terbentuk oleh tumpang tindihnya orbital p-d.
Dengan cara yang serupa, XeOF4 akan terbentuk piramid bujur sangkar. XeO3F2 akan terbentuk trigonal bipiramid dimana ketiga atom oksigen akan menempati kedudukan equatorial sedangkan dalam XeO2F4 dua oksigen atom ada dalam trans lingkungan octahedral.
Dalam teori MO, hanya orbital p Xe digunakan sehingga orbital d energi tinggi tidak diperlukan. Untuk XeF2 linier, kombinasi orbital 5p (Xe) dengan dua orbital 2p dari atom F memberikan 3 orbital 2p dari atom F memberikan 3 orbital MO yang berpusat tiga: orbital bonding, antibonding, dan orbital non-bonding. Empat elekron, dua dari Xe dan sebuah masing-masing dari dua atom F, kemudian diperuntukkan dalam ikatan dan non-bonding orbital memberikan tingkat (kekuatan) ikatan 2/3.
Struktur Xenon Oksifluorida, XeOF4, XeO3F2, dan XeO2F4
Stabilitas ikatan meningkat oleh lebih tingginya elektronegatifitas atom halogen dan lebih rendahnya energi ionisasi atom gas mulia. XeF2 molekul akan bersifat ionik dengan muatan pada Xe + e- dan muatan sebesar e-/2 pada atom F (suatu panjang ikatan sebesar 183 pm ditetapkan sebagai ikatan tunggal).
Kasus XeF6 menarik. Difraksi elektron memberikan suatu struktur octahedral simetris dengan sedikit (kecil) momen dipole menunjukkan distorsi sedikit. Pengukuran sinar X menunjukkan adanya bentuk-bentuk isometrik. Isomer stabil dekat titik leburnya ialah zat ionic XeF5+F-. Kelihatan bahwa XeF6 suatu molekul fluxional. Ialah dengan 14 elektron (atom Xe) spesies utamanya susunan stereokimia yang berlainan berbeda hanya oleh sejumlah kecil energi.  

VIII. Pembuatan Gas Mulia

A.    Helium
Helium (He) ditemukan terdapat dalam gas alam di Amerika Serikat. Gas helium mempunyai titik didih yang sangat rendah, yaitu -268,8°C sehingga pemisahan gas helium dari gas alam dilakukan dengan cara pendinginan sampai gas alam akan mencair (sekitar -156°C) dan gas helium terpisah dari gas alam.
B.     Neon, Argon , Kripton, dan Xenon
Secara komersial, semua gas mulia, kecuali helium dan radon diperoleh melalui distilasi bertingkat udara cair. Perbedaan titik didih yang tinggi memungkinkan gas-gas mulia di udara dapat dipisahkan. Pada proses destilasi udara cair, udara kering (bebas uap air) didinginkan sehingga terbentuk udara cair. Pada kolom pemisahan gas argon bercampur dengan banyak gas oksigen dan sedikit gas nitrogen karena titik didih gas argon (-189,4 °C) tidak jauh beda dengan titik didih gas oksigen (-182,8 °C). Untuk menghilangkan gas oksigen dilakukan proses pembakaran secara katalitik dengan gas hidrogen, kemudian dikeringkan untuk menghilangkan air yang terbentuk. Adapun untuk menghilangkan gas nitrogen, dilakukan cara destilasi sehingga dihasilkan gas argon dengan kemurnian 99,99%. Gas neon yang mempunyai titik didih rendah (-245,9 °C) akan terkumpul dalam kubah kondensor sebagai gas yang tidak terkonsentrasi (tidak mencair).
Gas kripton (Tb = -153,2 °C) dan xenon (Tb = -108 °C) mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari gas oksigen sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen cair di dasar kolom destilasi utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-masing gas akan terpisah.
Proses Destilasi Udara Cair
















IX.             Reaksi pada Gas Mulia
Gas Mulia adalah gas yang sudah memiliki 8 elektron valensi dan memiliki kestabilan yang tinggi. Tetapi gas mulia pun masih dapat bereaksi dengan atom lain.
Karena sebenarnya tidak semua sub kulit pada gas mulia terisi penuh. Berikut adalah beberapa contoh reaksi dan cara pereaksian pada gas mulia.
Gas Mulia
Reaksi
Nama senyawa yang terbentuk
Cara peraksian
Ar(Argon)
Ar(s) + HF → HArF
Argonhidroflourida
Senyawa ini dihasilkan oleh fotolisis dan matriks Ar padat dan stabil pada suhu rendah
Kr(Kripton)
Kr(s) + F2 (s) → KrF2 (s)
Kripton flourida
Reaksi ini dihasilkan dengan cara mendinginkan Kr dan F2 pada suhu -196 0C lalu diberi loncatan muatan listrik atau sinar X
Xe(Xenon)

Xe(g) + F2(g) → XeF2(s)

Xe(g) + 2F2(g) → XeF4(s)

Xe(g) + 3F2(g)→ XeF6(s)


XeF6(s) + 3H2O(l) → XeO3(s) + 6HF(aq)

6XeF4(s) + 12H2O(l) → 2XeO3(s) + 4Xe(g) + 3O(2)(g) + 24HF(aq)
Xenon flourida







Xenon oksida
XeF2 dan XeF4 dapat
diperoleh dari pemanasan Xe dan F2 pada tekanan6 atm, jika umlah peraksi F2 lebih besar maka akan diperoleh XeF6

XeO4 dibuat dari reaksi disproporsionasi(reaksi dimana unsur pereaksi yang sama sebagian teroksidasi dan sebagian lagi tereduksi) yang kompleks dari larutan XeO3 yang bersifat alkain
Rn(Radon)
Rn(g) + F2(g) → RnF
Radon flourida
Bereaksi secara spontan.

X.          Kegunaan Gas Mulia
Gas mulia banyak dipakai sebagai gas pengisi lampu pijar dan neon. Hampir semua gas mulia berwarna terang jika loncatan bunga api listrik dilewatkan ke dalam tabung berisi gas mulia. Neon berwarna merah, argon berwarna merah muda, kripton berwarna putih-biru, dan xenon berwarna biru.

1.      Helium
            Helium digunakan sebagai pengisi balon meteorologi maupun kapal balon karena gas ini mempunyai rapatan yang paling rendah setelah hidrogen dan tidak dapat terbakar. Dalam jumlah besar helium digunakan untuk membuat atmosfer inert, untuk berbagai proses yang terganggu oleh udara misalnya pada pengelasan. Campuran 80% helium dengan 20% oksigen digunakan untuk mennggantikan udara untuk pernafasan penyelam dan orang lain yang bekerja di bawah tekanan tinggi.


2.      Argon
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau roket. Argon juga digunakan dalam las stainless steel, sebagai pengisi bola lampu pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas, dan sebagai atmosfer pelindung untuk menumbuhkan silikon dan kristal germanium.

3.      Neon
Neon digunakan untuk membuat lampu-lampu reklame yang memberi warna merah. Neon cair juga digunakan sebagai pendingin untuk menciptakan suhu rendah, juga digunakan untuk membuat indikator tegangan tinggi, penangkal petir dan tabung-tabung televisi.


4.      Kripton
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan rendah. Kripton juga digunakan dalam lampu kilat pada blitz kamera untuk fotografi kecepatan tinggi. Lampu menara pada mercusuar menggunakan gas krypton. Landasan pacu bandara menggunakan bola lampu yang berisi gas krypton sebagai penerangan dan penunjuk jalan bagi pesawat terbang yang akan mendarat atau meninggalkan landasan di malam hari.
5.      Xenon
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri), digunakan dalam pembuatan tabung elektron, untuk mengisi lampu sorot, dan sebagai pengisi bola lampu disko yang berwarna-warni.
6.      Radon
Radon kadang digunakan oleh beberapa rumah sakit untuk kegunaan terapeutik, untuk penyelidikan hidrologi yang mengkaji interaksi antara air bawah tanah, anak sungai dan sungai. Radon yang bersifat radioaktif digunakan dalam terapi kanker.

XI. Bahaya Gas Mulia
Ancaman Radon
Indonesia, sebagai negeri vulkanik terkaya di dunia serta daerah gempa, mempunyai potensi ancaman besar dari gas radon ini. Radon akan mudah keluar ke permukaan berkaitan dengan aktivitas vulkanik. Pada suhu yang tinggi, radon akan terlepas dari perangkap batuan dan keluar melalui saluran yang ada.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh BATAN (Sjarmufni dkk) yang dilakukan pada tahun 2001 dan 2002 di daerah Gunung Rowo dan patahan Tempur, Muria – Jawa Tengah, menunjukkan hasil pengukuran gas radon yang cukup signifikan. Gas tersebut terlepas sebagai akibat kegiatan magmatik dan aktivasi patahan. Pengukuran menunjukkan bahwa aktivitas gas radon mencapai sekitar 10-50 pCi. Zona-zona patahan dan rekahan (sheared fault zone), juga perlu diwaspadai karena merupakan jalan yang baik bagi radon untuk lepas ke permukaan.
Radon bersifat sangat toksik, dikarenakan sifat radioaktivitasnya yaitu sebagai pemancar zarah alfa (a). Sinar radiasi ini akan berbahaya sebagai sumber internal, yaitu apabila kita menghirup udara (inhalasi), gas radon dapat masuk ke dalam paru-paru kita. Selain karena radiasi alfa dari radon itu sendiri, anak luruh radon seperti polonium yang juga radioaktif dan Pb-204 yang bersifat toksik akan terdeposit di paru-paru. Sel didominasi oleh air, sehingga interaksi radiasi dengan air akan menghasilkan berbagai ion, radikal bebas dan peroksida yang bersifat oksidator kuat. Molekul-molekul protein, lemak, enzim, DNA dan kromosom ini akan terserang oleh radikal bebas dan peroksida, dalam proses biokimia, yang akan berakibat pada efek somatik dan genetik.
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Bradford D. Loucas, seorang ilmuwan dari Columbia University, Amerika Serikat, penyinaran radiasi partikel alfa dengan energi 90 keV/mm telah mengakibatkan pengaruh yang signifikan pada kondensasi dan fragmentasi kromosom. Bandingkan dengan partikel alfa yang dipancarkan oleh anak luruh radon di dalam jaringan yang setara dengan 90 sampai 250 keV/mm.
Karsinogen
Gejala yang terjadi sangat lambat, sehingga sulit untuk mendeteksinya (no immediate symptoms). Menurut hasil penelitian di Amerika Serikat, gas radon memberikan kontribusi terjadinya kanker paru-paru sejumlah 7000 sampai 30.000 kasus setiap tahunnya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan EPA (Environmental Protection Agency) telah mengklasifikasikan gas radon sebagai bahan karsinogen (penyebab kanker) ”kelas A”, dan di Amerika Serikat termasuk penyebab kanker paru kedua setelah rokok. Pernyataan ini telah didukung oleh studi epidemiological evidence para pekerja tambang yang terpapar radiasi dari gas radon secara lebih intensif, melalui uji cause-effect antara paparan radon dan angka kematian kanker paru-paru (dose and respon curve).
Efek radon dalam jumlah aktivitas yang kecil (dari alam), bersifat probabilistik (stokastik), artinya peluang atau kebolehjadian terkena efek tergantung pada dosis yang diterima. Semakin besar dosis yang diterima, berarti peluang terkena kanker paru-paru akan semakin besar, namun tidak ada kepastian untuk terkena efek tersebut.
Meskipun risiko gas radon bersifat probabilistik, namun angka penderita kanker paru-paru akibat paparan gas radon tersebut harus tetap kita waspadai. Terlebih, kita tinggal di daerah vulkanik dan rentan gempa, yang sangat memungkinkan terjadinya emanasi gas radon. Asap rokok dikombinasikan dengan paparan radiasi radon akan memberikan efek sinergistik terjadinya kanker paru.


DAFTAR PUSTAKA

-          Achmad, Hiskia, Edi Kurniawan.2001.Kimia Unsur dan Radiokimia.Bandung: PT Citra Aditya Bakti
-          http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsur-non-logam/gas-mulia-dan-senyawanya/
-          http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xii/unsur-unsur-gas-mulia/
-          http://www.scribd.com
-          Catatankimia.com/catatan/gas-mulia.html
-          http://unsur2kimiaku.ueuo.com
-           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar